Berbeda dengan konser gitar klasik biasanya, Gitar Ekstra Mahasiswa (GEMA) ISI Yogyakarta menghadirkan sebuah konser dengan konsep yang unik dan lebih santai apabila dibandingkan dengan konser gitar klasik biasanya. Konser bertajuk “Sek,Yo” berlangsung lancar dan meriah pada Jumat, 21 Februari 2025 di Auditorium Musik ISI Yogyakarta. Sek, Yo (Duluan, ya!) merupakan sebuah ungkapan sapaan yang sering diucapkan oleh mahasiswa di kampus ISI Yogyakarta untuk menandakan perpisahan atau kepulangan, misalnya ketika akan pulang setelah kelas selesai atau berpamitan setelah mengobrol dengan teman.
Berawal dari keresahan terhadap “kekakuan” konser gitar klasik yang seringkali berujung pada sepinya penonton, ketua dan wakil ketua GEMA menggodok konsep konser sejak bulan Desember 2024. Mereka berusaha membuat konser yang juga menjadi program kerja terakhir mereka menjadi lebih unik dan menarik bagi penonton. Bersamaan dengan konser ini juga terdapat simbolis pergantian kepengurusan GEMA. Konser Sek, Yo menampilkan delapan repertoar yang dibawakan oleh 22 mahasiswa gitar klasik dan 9 pemain instrumen additional. Repertoar-repertoar ini dipilih berdasarkan tema konser tentang perpisahan dan kepulangan.
Dalam penampilannya konser ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama menyajikan empat lagu dengan suasana gembira karena kepulangan ke kampung halaman yakni Padhang Bulan yang diaransemen oleh Muhammad Ade Ikrom El Qudsy, Here Comes the Sun karya The Beatles yang diaransemen oleh Revolt Belabuana, Taman Jurug karya Didi Kempot yang diaransemen oleh M. Farand Ilalang, dan sebuah lagu dari JKT48 berjudul Karena Kusuka Dirimu yang juga diaransemen oleh M. Farand Ilalang. Bagian kedua juga menyajikan empat lagu dengan suasana sendu untuk menggambarkan perasaan ketika harus pergi untuk merantau kembali yakni Sial, lagu yang dipopulerkan oleh Mahalini dan kemudian diaransemen oleh Aristia Marta Irawan, lagu dari Bernadya, Satu Bulan yang diaransemen oleh Risang Rajulungsungsang, lagu Sampai Jumpa karya Endank Soekamti yang diaransemen oleh Aristia Marta Irawan dan Revolt Belabuana, dan lagu terakhir Melompat Lebih Tinggi karya Sheila on 7 yang diaransemen oleh Aristia Marta Irawan.
Ada berbagai hal menarik yang ditemukan dalam konser gitar klasik satu ini. Salah satunya adalah tidak adanya MC melainkan narator. Konser ini ditampilkan layaknya sebuah cerita sehingga setiap repertoar memiliki narasinya sendiri. Lintang Cahyaning Maharani, mahasiswa Prodi Teater membawakan semua narasi dengan begitu menarik dan percaya diri. Ia mampu mengikuti konsep konser dengan bercerita menggunakan logat medhok Jawa yang tidak jarang mengundang tawa. Narasi yang dihadirkan dalam konser ini disiapkan sendiri oleh salah satu anggota GEMA sehingga membuat konser Sek, Yo bukan hanya menampilkan karya musik dan permainan gitar melainkan juga sastra. Selain itu, dekorasi yang digunakan di panggung juga sederhana, tidak banyak properti. Namun itulah yang membuat konser ini justru terasa lebih dekat dengan kehidupan mahasiswa baik sebagai perantau maupun kekasih yang merindukan rumah.
Lagu Padhang Bulan yang diaransemen oleh Muhammad Ade Ikrom El Qudsy menjadi salah satu sajian yang paling menarik. Lagu ini diaransemen untuk orkes gitar dan pianika, sebuah perpaduan yang jarang ditemukan dalam konser gitar klasik. Terlepas dari aransemennya yang manis, Ikrom sebagai arranger ternyata menempuh perjalanan cukup panjang untuk bisa menampilkan karya ini dalam konser Sek Yo. Saat diwawancarai oleh Fisella, Ikrom menceritakan bahwa dirinya sempat menemui beberapa kendala saat mengaransemen dan mencari solois. Awalnya Ikrom mengaransemen lagu ini menjadi karya sepanjang 15 menit yang tentunya terlalu panjang apabila dimainkan sehingga setelah berdiskusi dengan pimpinan produksi, Ikrom sepakat untuk memangkas aransemennya menjadi kurang lebih 8 menit. Selain itu, penggunaan pianika ternyata keputusan yang jauh dari rencana awal. Repertoar ini seharusnya dimainkan oleh orkes gitar dan klarinet, namun Ikrom terkendala saat mencari pemain klarinet. Ia pun sempat mengganti instrumen menjadi flute namun kendala tersebut kembali terulang. Akhirnya atas saran dari Aristia Marta Irawan, Ikrom sebagai arranger memainkan sendiri bagian solois menggunakan pianika merah mudanya. Namun ini yang menjadi daya tarik dalam karya ini. Suara pianika yang khas ternyata sangat cocok digabungkan dengan petikan gitar. Selain itu Ikrom juga dapat memainkan pianika dengan dinamika yang baik sehingga membuat karya ini terdengar lebih hidup.
Karya lain yang tidak kalah menarik adalah Taman Jurug yang dipopulerkan oleh Didi Kempot dan kali ini diaransemen oleh M. Farand Ilalang. Bagaimana tidak, repertoar yang diaransemen dengan sukat 7/8 ini dimainkan dengan irama keroncong yang sangat asyik. Bahkan para pemain terlihat menikmati ketika bermain. Meskipun begitu ternyata para pemain sempat terkendala ketika proses latihan karena sebagian besar pemain kurang familiar dengan sukat 7/8. Untungnya penampilan karya ini berjalan lancar dan berhasil membangun suasana cangkruk di desa. Sebagai arranger, Ilalang sengaja memilih keroncong karena musik ini sangat familiar bagi masyarakat di Jawa. Selain itu, ia juga mempertimbangkan warna suara gitar yang sangat cocok dipadukan dengan instrumen string (senar) lainnya seperti cak cuk.
Satu lagi karya manis yang ditampilkan dalam Konser Sek Yo, yakni Sial, lagu yang dipopulerkan oleh Mahalini namun kalin ini diaransemen oleh Aristia Marta Irawan. Lagu ini menjadi lagu pertama yang dimainkan setelah break, tepatnya bagian kedua konser. Aristia tidak menjadikan lagu ini menjadi karya instrumental. Sebaliknya, ia justru mempertahankan bagian vokal karena lirik lagu ini yang digunakan untuk membangun suasana sedih. Format yang digunakan dalam penampilan lagu ini adalah orkes gitar dan vokal. Dalam proses aransemennya, Aristia awalnya kurang menyukai lagu ini karena dirasa monoton namun ia kemudian menyadari kekuatan lirik lagu ini. Ia pun memutuskan untuk membuat aransemen musiknya menjadi lebih sederhana sehingga penonton bisa fokus pada bagian vokal.
Kendala yang dihadapi bukan hanya dirasakan oleh para arranger namun juga para pemain. Tempat latihan yang kurang memadai menjadi kendala utama dalam berproses. Para pemain selalu berlatih di depan Teater Arena ISI Yogyakarta yang relatif berisik dan sempit. Ini membuat latihan menjadi kurang efektif. Selain itu dalam persiapan konser juga terjadi gesekan-gesekan antar anggota yang mengakibatkan terdapat panita yang harus menanggung lebih dari satu tugas. Panitia pelaksana juga menghadapi kendala dari segi biaya yang minim dan tidak ada dukungan dari pihak kampus. Kendala semacam ini seharusnya menjadi perhatian dari pihak kampus mengingat ISI merupakan institusi pendidikan seni yang seharusnya mendukung mahasiswa untuk berkarya dan memfasilitasi kegiatan mahasiswa.
Konser Sek Yo, selain menjadi wadah berkarya juga menjadi obat rindu bagi mahasiswa gitar klasik untuk bisa bermain secara ensambel. Alasannya karena peraturan kampus yang membuat mereka hanya dapat bermain ensambel dengan teman satu prodi. Para pemain bisa merasakan sebuah euforia karena interaksi yang sudah lama dirindukan. Selain itu melalui konser ini mahasiswa gitar klasik juga ingin menunjukkan bahwa KKM Gitar Ekstra Mahasiswa masih eksis hingga saat ini. Konser Sek, Yo memang keluar dari kebiasan konser gitar klasik yang sudah ada dan menawarkan sebuah alternatif yang berbeda. Bagi penggemar musik klasik, konser ini mungkin akan terlihat melenceng dari ekspektasi “sebuah konser gitar klasik”. Namun lagi-lagi semua orang berhak berkarya dan berekspresi, lagipula tanpa ada kebaruan maka musik tidak berkembang. Sek, Yo!