Tulisan ini merupakan hasil dari pengalaman dan pengamatan saya sejauh ini, serta diskusi bersama teman-teman dalam praktek memainkan gitar pada tangan kanan. Sebagai pembuka saya awali dengan meminjam konsep dari bidang psikologi yangmana terdapat tiga konsep yaitu kognitif (kemampuan bernalar), afektif (berhubungan dengan emosi) dan psikomotorik (berhubungan dengan gerak jasmani/motorik/otot). Ketiga konsep tersebut bisa kita pinjam untuk memilah-milah wilayah mana yang perlu kita selidiki lebih lanjut untuk menelisik bagaimana teknik memainkan gitar pada tangan kanan.
Lalu seperti apa contoh pembagian wilayah tersebut jika kita terapkan?
Kognitif (kemampuan bernalar)
Pernahkah kita mempertanyakan mengapa seorang gitaris dapat akurat saat memetik gitar? Hasil tersebut tidaklah sesederhana kita simpulkan dengan menjawab “Ah itu kn bakat”. Dibalik semua itu mereka punya strategi entah disadari atau tidak. Strategi tersebut “diantaranya” berhubungan dengan penyesuaian anatomi dengan gitar yang mana terdapat konsekuensinya misal memperhitungankan dengan jarak sekian dan waktu sekian apakah bisa tepat? Belum lagi persoalan tentang bagaimana mengatur posisi tangan kanan dan mau melibatkan gerak mana. Dan masih banyak lagi persoalan lainnya yang melibatkan penalaran dalam memainkan gitar.
Afektif (berhubungan dengan emosi)
Wilayah ini bisa kita selidiki “diantaranya” saat memainkan gitar dengan seberapa kuat /lemahnya bunyi yang dihasilkan, kontrol percepatan/perlambatan. Kuat/lemah produksi bunyi dan kontrol percepatan/perlambatan bisa kita hasilkan dengan merespon sebelum/sesudah musik dimainkan. Dalam hal ini misal dalam format permainan solo kita sendiri. Tidak ada ukuran absolut, namun keputusan yang kita lakukan tergantung dengan emosi seperti apa yang mau diekspresikan lewat jalur ini.
Motorik (berhubungan dengan otot)
Wilayah ini merupakan eksekutor bunyi yangmana melibatkan kemampuan dan kontrol tubuh fisik sebagai penggeraknya. Jika kita amati, setiap orang mempunyai anatomi yang berbeda. Lebih khusus lagi bentuk tangan yang berbeda, pola panjang jari yang berbeda, kuku yang berbeda. Jika lebih dalam lagi saya mempunyai pertanyaan, apakah karakter ototnya berbeda? Saya sendiri belum bisa menjawab pertanyaan ini. Untuk menjawab pertanyaan ini bisa didiskusikan dengan ahli otot. Karena banyaknya perbedaan, sehingga saya kira setiap orang punya bekal yang berbeda dalam memetik senar. Misalnya si A bisa menggerakan jari dengan kuat, si B sebaliknya karena kemampuan motoriknya jarang dilatih. Meskipun bekalnya berbeda bukan berarti tidak bisa mencapai target. Solusi agar dapat mencapai target yaitu berlatih.
Sekilas kita coba pahami dulu ya tentang arti kata “berlatih”. Berdasarkan KBBI, berlatih bisa diartikan dengan berbuat agar menjadi biasa. Dari pengertian tersebut bisa dipahami bahwa maka tujuan dari berlatih yaitu menjadikan gerak otomatis saat merespon sesuatu. Untuk dapat tercapai gerak otomatis, diperlukan aspek sistem latihan dan aspek target. Aspek sistem dimaksudkan yaitu melatih teknik satu persatu dari yang paling sederhana sampai tingkat yang lebih rumit sehingga menjadi rangkaian yang saling terhubung. Sedangkan aspek target yaitu adanya sebuah capaian tertentu untuk dilampaui. Nah, disisi lain untuk sampai pada gerak otomatis, syarat lain dibutuhkan juga kedisiplinan dan konsistensi selama ribuan jam dengan manajemen waktu tertentu untuk menghindari cidera otot.
Batasan Pembahasan
Untuk saat ini, sekilas pembahasannya kita batasi dengan pelibatan motorik pada speed dan power. Speed merupakan kecepatan gerak dari satu tempat/titik menuju titik selanjutnya. Sedangkan power merupakan perpaduan antara speed dan adanya daya ledak. Lalu bagaimana agar kedua hal itu bisa tercapai? Sebelum kesitu ternyata butuh latihan dengan gerakan yang benar. Benar disini diartikan secara subyektif karena seperti yang disinggung di atas bahwa bentuk anatomi orang berbeda-beda. Yang bisa mengukur kebenaran dari gerakan tersebut adalah diri kita sendiri. Saya mengukur kebenaran ini dengan cara merasakan dan memperhatikan apakah gerakan yang dihasilkan bisa alami dan rileks. Alami yang dimaksud yaitu gerakan tidak bertentangan dengan arah gerak atanomi tubuh dan dirasa tubuh tersebut tidak kaku / ngoyo dalam bahasa jawanya. Sebagai contoh ketika memetik senar gitar dengan jari telunjuk, arah petikan jelas ke dalam / arah menuju telapak tangan. Saya menggunakan ruas tengah jari sebagai tumpuan gerak petikan sedangkan pangkal ruas berfungsi sebagai pemantik gerak sedangkan ruas ujung lurus dan tidak digunakan. Setelah gerakanya benar, tahap selanjutnya yaitu melatih speed dengan memakai bantuan metronome. Latihan ini bisa dilakukan tanpa menggunakan gitar karena berfokus pada kecepatan gerakan. Bisa dilakukan dengan menaruh tangan diatas meja kemudian menggerakan jari dengan ukuran metronom tertentu sampai mentok jari tidak bisa mengikuti ukuran tersebut. Atau pengaturan BPM pada metronom, di lakukan dari 60 naik pelan-pelan sampai 120 atau lebih. Perlu diingat kembali karena fokusnya adalah kecepatan maka lakukan dengan ringan seolah jari tidak ada beban. Tahap selanjutnya yaitu latihan power. Seperti yang sudah saya singgung tentang aspek power maka untuk melatihnya dibutuhkan aspek kecepatan dan diberi hentakan dari tenaga jari. Namun tetap harus dikontrol dengan cara selalu mendengarkan produksi bunyi yang dihasilkan. Bunyi yang dihasilkan jangan sampe pecah dalam konteks gitar akustik, hal ini sebagai tanda bahwa kapasitas instrument tersebut sudah mentok dalam menghasilkan power. Tahap terakhir yaitu kombinasi antara speed dan power. Atur metronome dimulai 60, ketukan berat main dengan power dan ketukan ringan main dengan speed.
Demikian sharing pengalaman dari saya tentang pembahasan speed dan power pada tangan kanan saat memetik gitar. Kedua hal tersebut perlu benar-benar disadari sehingga menjadi gerak otomatis tangan kanan. Lalu apakah cara seperti ini bisa kita terapkan untuk berlatih ke bidang lain misalnya olahraga khususnya combat sport yangmana sama-sama jelas melibatkan peran motorik?