Konser musik di Jogja rasanya sudah menjadi hal lumrah, mulai dari musik pop, jazz, sampai musik klasik. Di bulan Ramadan ini, Jogja Guitar Society (JGS) bersama dengan Prodi Penyajian Musik ISI Yogyakarta mengadakan Mini Konser : Ngabuburit & Buka Bersama tepatnya pada hari Jumat, 14 Maret 2025 di Gedung Rektorat Lama ISI Yogyakarta. Jogja Guitar Society sendiri merupakan komunitas yang diinisiasi oleh gitaris klasik, Rahmat Raharjo. Komunitas ini beranggotakan gitaris klasik dari berbagai kampus dan juga sekolah musik.
Dalam mini konser kemarin, Fisella berkesempatan untuk mewawancarai salah satu anggota JGS, Mas Jardika Eka. Dalam sesi wawancara, Mas Dika menjelaskan bahwa mini konser ini diadakan karena JGS memang mengadakan kegiatan sejak pertengahan tahun 2023 hingga kemudian mendapat waktu yang tepat yakni di bulan puasa ini. Hal ini juga yang kemudian membuat Mas Dika mencetuskan ide untuk membuat sebuah konser dengan nuansa yang berbeda yakni dibarengi dengan ngabuburit dan buka puasa bersama.
Dalam mini konser tersebut terdapat 12 penampil dalam berbagai format mulai dari solo hingga ansambel. Para penampil tersebut berasal dari anggota JGS sendiri (6 grup) dan mahasiswa penyajian musik (6 grup), masing-masing menampilkan repertoar yang telah disiapkan dan dilatih secara mandiri. Para penampil tersebut adalah Cincau Guitar Ansambel dengan repertoar Al I’tiraf dan Sevilla oleh Isaac Albeniz, Trio Sancaka Gema Swara dengan Romance to Listless Summer oleh Takashi Yoshimatsu yang diaransemen oleh Aristia Marta Irawan, Mokel Quartet yang membawakan Jamaican Rumba oleh Arthur Benjamin yang diaransemen oleh Budhi Ngurah, Pilluen Quartet yang memainkan Cuban Landscape with Rain oleh Leo Brouwer.
Selain itu ada Charlotte Duo membawakan Cinema Paradiso oleh Ennio Morricone, Mardian Bagus & Jardika Eka yang membawakan Sonatina Canonica I. Mosso, Grazioso e Leggero oleh Mario Castelnuovo-Tedesco. Sementara itu dengan format solo ada Dayang Nimpuna yang memainkan Prelude BWV 998 dari J.S. Bach, Yosua Malmsteen dengan Fantasie Dramatique “Le Depart” oleh Napoleon Coste, Rakha Aditya Nugroho dengan Gran Jota dari Fransisco Tarrega, Narapatie dengan Hymne a’lamour oleh Edith Piaf (aransemen Roland Dyens), El Vatikan yang membawakan Perpetuo oleh Alan Mearns, dan Dwi Hansen yang menampilkan 2 Pieces from Africa and South America.
Konser kali ini mendapat sambutan hangat dari para audiens meski sebagian berharap untuk membuat konser yang lebih besar, tentunya dalam ruang yang memiliki lebih banyak daya tampung. Mas Dika sendiri menjelaskan bahwa ekspektasi penonton konser ini awalnya hanya 50 orang namun ternyata konsumsi yang disumbangkan justru lebih banyak dari itu sehingga panitia berusaha untuk mempublikasikan konser ini lebih luas. Di hari-H konser, penonton yang datang berhasil memenuhi ruang lantai 3 Gedung Rektorat Lama ISI Yogyakarta.
Selain Mas Dika, Fisella juga berkesempatan untuk mewawancarai Fahmi, mahasiswa pendidikan musik ISI yang merupakan anggota dari Trio Sancaka Gema Swara. Dalam konser ini mereka memainkan komposisi Takashi Yoshimitsu yang diaransemen ulang oleh Aristia Marta Irawan yakni Romance to Listless Summer. Untuk mempersiapkan penampilannya, grup ini berlatih bersama sebanyak tiga kali di kampus ISI. Dalam proses latihannya, mereka sempat mengalami kendala yakni ruang latihan yang kurang tenang sehingga harus berpindah-pindah tempat. Bagi Fahmi sendiri, konser ini merupakan pengalaman baru karena dengan konsep sederhana ia biasa merasakan kebersamaan dan suasana yang berbeda dari konser-konser sebelumnya. Ia merasa senang karena mendapatkan momen kebersamaan dengan para gitaris klasik dan pengajar musik sekaligus merasakan buka puasa bersama yang menghangatkan suasana Ramadan kali ini.